ELIMINASI
ALVI
MAKALAH
Makalah
ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia
DISUSUN
OLEH
Mardiyani Riski Putri
P2.06.25.0.15.024
PROGRAM
STUDI DIII KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK
KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya serta usaha penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Eliminasi
Alvi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia.
Eliminasi
alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran
atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu
hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan
yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali
dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya
hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih
besar.
Penulis menyadari bahwa selama
penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak oleh
sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Kusmiyati, S.Kp, M.Kes., dosen
Kebutuhan Dasar Manusia yang telah membantu penulis selama menyusun makalah
ini;
2. Ibu Ai Cahyati, M.Kep,
NS,Sp.Kep.MB., dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Mansia yang telah membantu
penulis selama menyusun makalah ini;
3. Taufi Suhendar, Amd.Kep., assistant
dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang telah membantu penulis selama
menyusun makalah ini;
4. Rekan-rekan seangkatan yang telah
memotivasi penulis untuk menyelesailkan penyusunan makalah ini;
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
Semoga Allah swt. Memberikan
balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna
karena masih memiliki banyak kekurangan,baik dalam hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin .
Tasikmalaya, November 2015 Penulis
Daftar
Isi
KATA
PENGANTAR……………………………………………………...i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………….ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………….1
A. Latar
belakang masalah ………………………………………...1
B. Rumusan
masalah……………………………………………….2
C. Tujuan
makalah ………………………………………………...2
D. Kegunaan
makalah ……………………………………………..2
E. Prosedur
makalah ………………………………………………3
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………..4
A. Tinjauan
pustaka………………………………………………..4
B. Pembahsan
materi………………………………………………4
1. Definisi
eliminasi alvi……………………………………....4
2. System tubuh yang berperan dalam eliminasi alvi………….5
3. Proses defakasi……………………………………………...6
4. Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi………………….7
5. Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi……………9
6. Proses keperawatan pada kebutuhan eliminasi
alvi………...12
BAB III SIMPULAN
DAN SARAN………………..……………………18
A. Simpulan ……………………………………………………….18
B. Saran ……………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan
makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri : dapat bernafas, berkembang
biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme
tubuh (eliminasi).Setiap kegiatan yang di lakukan oleh tubuh dikarenakan
peranan masing-masing organ tersebut.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu
aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila
eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam
gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi
urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah
disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti:
system pencernaan, ekskresi, diare dll. Diare
terjadi karena adanya iritasi pada selaput dinding usus besar atau kolon. Fases
penderita diare berbentuk encer. Penyebabnya adalah penderita memakan makanan
yang mengandung bakteri atau kuman. Akibatnya gerakan peristaltic dalam usus
tidak terkontrol. Sehingga, laju makanan meningkat dan usus tidak dapat
menyerap air. Namun, apabila fases yang dikeluarkan bercampur dengan darah dan
nanah, kemudian perut terasa mulas, gejala tersebut menunjuk pada penyakit
desentri.Dampak diare Dehidrasi
Berat, Kehilangan cairan 8 - 10 %,Dehidrasi
Sedang, Kehilangan cairan 5 – 8 % ,Dehidrasi
ringan, Kehilangan cairan 2 – 5 persen.Kepala
Subdit Diare dan Kecacingan Departemen Kesehatan I Wayan Widaya di Jakarta,
Kamis, mengatakan, angka kejadian diare Indonesia menurut survei morbiditas
yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000
penduduk.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas penuis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud
dengan Kebutuhan eliminasi alvi?
2.
Apa saja system
tubuh yang berperan dalam eliminasi alvi?
3.
Bagaimana proses defakasi?
4.
Apa saja faktor
yang mempengaruhi eliminasi alvi?
5.
Apa saja
masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi?
6.
Bagaimana proses
keperawatan pada masalah kebutuhan eliminasi alvi?
C.
Tujuan
makalah
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kebutuhan
eliminasi alvi.
2.
Untuk mengetahui apa saja system tubuh yang
berperan dalam eliminasi alvi.
3.
Untuk mengetahui bagaimana proses defakasi.
4.
Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi
eliminasi alvi.
5.
Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah pada
kebutuhan eliminasi alvi.
6.
Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan pada
masalah kebutuhan eliminasi alvi.
D.
Kegunaan
Makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan :
1. Penulis,
sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
eliminasi alvi.
2.
Pembaca, sebagai media informasi tentang
eliminasi alvi.
E.
Prosedur
Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriftif. Melalui metode ini
penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
konprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan
kajian literatur yang bersumber dari internet. Hal tersebut mengarah pada
definisi eliminasi alvi, system tubuh yang
berperan dalam eliminasi alvi, proses defakasi, faktor yang mempengaruhi
eliminasi alvi, masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi dan proses
keperawatan pada masalah kebutuhan eliminasi alvi.
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Tinjauan
pustaka
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau
pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus. (Tarwoto dan Wartonah (2004)) ,
Eliminasi produk pencernaan
yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan sistem tubuh
lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola
dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara individu namun telah terbukti bahwa
pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal
biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kangker kolesterol (Robinson
dan Weigley (1989)).
B.
Pembahasan
1. Definisi eliminasi alvi
Menurut kamus bahasa
Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran,
penyisihan.
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau
pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus. Eliminasi
alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran
atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu
hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan
yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali
dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya
hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih
besar.
2. System tubuh yang berperan dalam eliminasi alvi
a. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari
saluran pencernaan yang terletah diantara lambung dan usus besar. Bagian-bagian
dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong),
ileum (usus penyerapan).
b. Duodenum (usus dua belas jari)
Usus dua belas jari adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang
antara 25-38 cm. bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus.
c. Jejunum (usus kosong)
Usus kosong adalah bagian kedua dari usus
halus, diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong.
d. Ileum (usus
penyerapan)
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4
meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan dilanjutkan oleh usus
buntu.
e. Usus Besar
Usus besar adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dan feses.
Bagian-bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.
f. Kolon
Kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
g. Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar.
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.
h. Anus
Anus atau dubur adalah sebuah bukaan dari
rektum ke lingkungan luar tubuh.
3. Proses defakasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus
yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex
untuk defekasi, yang terletak di medulla dan sussum tulang belakang. Apabila
terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur dan
usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar,
kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf
parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selam defekasi berbagai
otot lain membantu prose situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot
– otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang
membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi
parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan
(feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada
saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan,
refleks defekasi parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang
merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden,
kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya
terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat
sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti
selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak
dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus,
pigmen empedu dan usus kecil.
4.
Faktor
yang mempengaruhi eliminasi alvi
a. Usia
Setiap tahap perkembangan
atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Pada usia
bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol
defekasi menurun.
b. Diet
Diet pola atau jenis
makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang
berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam
tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat
defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang
menyebabkan kesulitan proses defekasi. Intake cairan yang berkurang akan
menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang
meningkat.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena
melalui aktivitas tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi,
sperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
f. Kebiasaan atau Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses
defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat
atau terbiasa melakukan buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika
seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi,
biasanya penyakit – penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian
untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
i.
Kerusakan Sensoris
dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat
mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi
sensoris dalam melakukan defekasi.
j.
Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan
peristaltic, sehingga menyebabkan diare.
k. Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya
dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali
setelah makan.
l.
Anestesi dan pembedahan
Anestesi unium dapat menghalangi impuls parasimpatis,
sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat
berlangsung 24-48 jam.
m. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat
melakukan defekasi. Toilet modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini,
sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan
tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot-otot pahanya.
5. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Eliminasi Alvi
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit,
yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’
keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini
terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB
setiap minggu, maka perlu pengkajian. Penyebab:
a. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
b. Klien memproduksi diet rendah serat
dalam bentuk lemak hewan
c. Tirah baring yang panjang atau
kurangnya olahraga
d. Pemakaian laksatif yang berat
e. Obat penenang, opiate, antikolinergik, zat besi
yang menyebabkan konstipasi
f. Pada lansia mengalami perlambatan
peristaltic
g. Konstipasi juga disebabkan oleh
kelainan saluran GI
h. Kondisi neurologis yang menghambat
impuls saraf ke kolon
i. Penyakit organic, seperti
hipokalsemia
b. Impaction
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras
dan mengendap di rectum dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan
doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang mengalami kebingumgan,
kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami impaksi. Apabila feses diare
keluar secara mendadak dan continue dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan
nafsu makan (anoreksia), distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat
menyertai kondisi impaksi.
Penyebab: pasien dalam keadaan lemah,
bingung, tidak sadar, konstipasi berulang, pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tanda: tidak BAB, anoreksia, kembung/kram,
nyeri rectum.
Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan
harus dengan “standing order” dari dokter, karena dapat menimbulkan reflek
vital (menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama pada orang tua dengan
tumor di kolom).
c. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan
feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat
cepat. Iritasi di dalam kolom merupakanfakta tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan kulit
terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan diare,
antara lain :
a) Stress emosional
b) Infeksi usus
c) Alergi makanan
d) Intoleransi
makanan
e) Selang pemberian makanan
f) Obat-obat zat besi dan antibiotic
g) Laksatif (jangka pendek)
h) Perubahan melalui pembedahan gastrektomi
i) Reseksi kolon
d. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu
mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.Umumnya
disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma
spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara
mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian klien
basah, menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien tergantung pada
perawat. Klien dengan gangguan mental dan sensori tidak sadar ia telah BAB.
Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya.
Seperti diare, inkontinensia bias menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat
harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan bersih. 60% usila
inkontinensi.
e. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal,
dinding usus meregang dan distendend, merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya
gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Tapi jika berlebihan
yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum, operasi abdominal, dan
immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma terdorong ke atas
sehingga ekspansi paru terganggu.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di
usus ada: pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas meta pembusukan
di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan perhasil gas seperti bawang dan
kembang kol.
f. Hemoroid
Yaitu
dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika
dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka
klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien,
karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.
6. Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi
Alvi
a.
Pengkajian.
a) Pola defekasi dan keluhan selama defekasi.
Pengkajian ini antar lain : bagaimana pola defekasi dan
keluhannya selama defekasi. Secara normal, frekuensi buang air besar, sedangkan
pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan orang dewasa adalah 2-3
kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150 g.
b) Keadaan feses,
c) Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi.
Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi antara
lain perilaku atau kebiasaan defekasi, diet,pola makan sehari-hari, aktivitas,
penggunaan obat, stress, fekasi, diet,pola makan sehari-hari, aktivitas, penggunaan
obat, stress, pembedahan atau penyakit menetap, dn lain-lainnya.
d) Pemeriksaan
fisik.
Pemeriksaan fisik meliputi keadaa abdomen seperti ada
atau tindaknya distensi, simetris atau tidak, gerakan peristaltic, adanya massa
pada perut, dan tenderess.kemudian , pemeriksaan rektum dan anus dinilai dari
ada atau tidaknya tanda imflamasi, seperti perubahan warna, lesi, fistula,
hemorrhoid.
b. Diagnosa Keperawatan
a) Konstipasi berhubugan dengan : penurunan respons
berdefekasi, defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera
medulla spinalis, dan CVA.
b) Konstipasi kolonik berhubunga dengan : penurunan laju
metabolisme akibat hipotiroidime atau hipertiroidisme.
c) Konstipasi dirasakan berhubungan degan : penilaian
salah akibat penyimpangan susunan syaraf pusat, depresi, kelainan obsesif
kompulsif dan kurangnya informasi akibat keyakinan budaya.
d) Diare berhubugan dengan : peningkatan peristaltik
akibat peningkatan metabolisme stres psikologis.
e) Ikontinensia usus berhubungan dengan : gagguan sfigter
rectal akibat cedera rectum atau tindakan pembedahan,distensi rectum akibat
konstipasi kronis.
f) Kurangnya volume berhubungan dengan pengeluaran cairan
yang berlebihan (diare).
c. Perencanaan
atau intervesi keperawatan.
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi secara normal.
b. Mempertahankan asupa makanan dan minuman cukup.
c. Membantu latihan secara teratur.
d. Mempertahankan kebiasaan defekasi secara teratur
.
e. Mempertahankan defekasi secara normal.
f. Mencegah gagguan integritas kulit.
Rencana Tindakan :
a. Kaji perubahan faktor yang memengaruhi masalah
eliminasi alvi.
b. Kurangi faktor yang memengaruhi terjadinya
masalah seperti :
1) Konstipasi secara
umum :
• Membiasakan pasien untuk buang air
secara teratur,misalnya pergi ke kamar mandi satu jam setelah makan pagidan
tinggal di sana sampai ada keinginan untuk buang air.
• Meningkatkan asupan cairan dengan banyak
minum.
• Diet yanag seimbang dan makan bahan makanan yang
banyak mengandung serat.
• Melakukan latihan fisik, misalya melatih otot
perut
• Mengatur posisi yang baik untuk buang air
besar,sebaiknya posisi duduk dengan lutut melentur agar otot punggung dan perut
dapat membantu prosesnya.
• Anjurkan agar tidak memaksakan diri dalam buang
besar.
• Berikan obat laksantif, misalnya
Dulcolax atau jenis obat supositoria.
• Lakukan enema (huknah).
2) Konstipasi akibat nyeri :
• Tingkatkan asupan cairan.Diet tinggi serat.
• Tingkatkan latihan setiap hari .
• Berikan pelumas di sekitar anus untuk mengurangi
nyeri.
• Kompres dingin sekitar anus untuk mengurangi rasa
gatal.
• Rendam duduk atau mandi di bak dengan
air hangat (43-46 derajat celcius,selama 15menit) jika nyeri hebat.
• Berikan pelunak feses.Cegah duduk lama
apabila hemoroid, dengan cara berdiri tiap 1 jam kurang lebih 5-10 menit untuk
menurunkan tekanan .
3) Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup.
• Beriksn stimulus untuk defekasi,
seperti mium kopi atau jus.Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila
memungkinkan.
• Gunakan kamar mandi daripada pispot bila
memungkinkan.
• Ajarkan latihan fisik dengan
memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dan lain-lain.
• Tingkatkan diet tinggi serat seperti buah dan
sayuran.
4) Inkontinensia Usus.
• Pada waktu tertentu , setiap 2 atau 3 jam,
letakkan pot di bawah pasien.
• Berikan latihan buang air besar dan
anjurkan pasien untuk selalu berusaha latihan.
• Kalau inkontinensia hebat, diperlukan
adanya pakaian dalam yang lembab, supaya pasien dan sprei tidak begitu kotor.
• Pakai laken yang dapat dibuang dan menyenangkan
untuk dipakai .
Untuk mengurangi rasa malu pasien, perlu didukung
semangat pengertian perawatan khusus.
5) Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada
pasien.
6) Pertahankan asupan makanan dan minuman.
7) Bantu defekasi secara manual.
8) Bantu latihan buang air besar, dengan cara :
• Kaji pola eliminasi normal dan cacat
waktu ketika inkontinensia terjadi.
• Pilih waktudefekasi untuk mengukur kontrolnya.
• Berikan obat pelunak feses (oral)
setiap hari atau katartik supositoria setengah jam sebelum waktu defekasi
ditentukan.
• Anjurkan pasien untuk minum air hangat
atau jus buah sebelum waktu defekasi.
• Bantu pasien ke toilet ( program ini
kurang efektif jika pasien menggunakan pispot ).
• Jaga privasi pasien dan batasi waktu defekasi (
15-20 menit).
• Intruksikan pasien untuk duduk di
toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke bawah dan jangan mengedan
untuk merangsang pengeluaran feses.
• Jangan dimarahi ketika pasien tidak mampu
defesika.
• Anjurkan makan secara teratur dengan
asupan air dan serat yang kuat.
• Pertahankan latihan secara teratur jika fisik
pasien mampu.
d. Tindakan Keperawatan
a. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan
tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur
(pembiakan).
b. Memberikan Huknah Rendah
Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan
cairan hangat kedalam kolon desensen dengan menggunakan kanula rekti melalui
anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah
agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak pasca operasi
dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami kesulitan buang air
besar.
c. Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan
cairan hangat kedalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal
tersebut dilakukan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah untuk prosedur
diagnostik.
d. Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot
Membantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat
tidur merupakan tindakan bagi pasien yang tidak mampu buang air besar secara
sendiri di kamar mandi.
e. Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan
gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini
dilakukan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air
besar.
f. Mengeluarkan Feses dengan Jari
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan
memasukkan jari ke dalam rektum pasien untuk mengambil atau menghancurkan feses
sekaligus mengeluarkannya.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi dapat
dinilai dengan adanya kemampuan dalam:
a. Memahami cara eliminasi yang normal.
b. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup
yang dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam merencanakan pola
makan,seperti makan dengan tinggi atau rendah serat ( tergantung dari tendensi
diare atau konstipasi serta mampu minum 2000-3000 ml).
c. Melakukan latihan secara teratur ,seperti rentang
gerak atau aktivitas lain (jalan, berdiri, dan lain-lain).
d. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan
dengan kemampuan pasien dalam mengontrol defekasi tanpa bantuan obat atau
enema,berpartisipasi dalam program latihan secara teatur.
e. Mempertahankan nyaman yang ditunjukkan dengan
kenyamanan dalam kemampuan defekasi, tidak terjadi bleeding,tidak terjadi
inflamasi, dan lain-lain.
f. Mempertahankan
integritas kulit yang ditunjukkan dengan keringnya area perianal, tidak
ada inflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau
pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus.
System Tubuh Yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
yaitu, Usus Halus,
Usus dua belas jari, Jejunum (usus kosong), Ileum
(usus penyerapan), Usus Besar,
Kolon, Rektum dan Anus.
Terdapat dua macam refleks yang membantu
proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi
parasimpatis.
Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi
yaitu, usia, diet, asupan cairan, aktivitas, pengobatan, gaya hidup, penyakit,
nyeri, kerusakan sensoris dan motoris, fisiologis, prosedur diagnostic,
anestasi dan pembedahan, posisi selama defekasi.
Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi
yaitu Konstipasi¸ impaction, diare, inkontensia
fecal, flatulens, dan hemoroid.
Proses Keperawatan
Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Alvi yaitu , Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
atau intervesi keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
B. Saran
Demikian makalah ini dibuat, mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kesalahan pada makalah ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Atas perhatian kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Faizal,Moch. 2012 . kebutuhan eliminasi alvi. [Online]. Tesedia : http://mochfaizalhamzah.blogspot.co.id/2013/10/kdk1-kebutuhan-eliminasi-alvi.html. [28 November 2015].
Tanpa Nama. 2014. Kebutuhan eliminasi alvi. [Online]. Tersedia : https://nursepreneursindonesia.wordpress.com/2014/08/28/kebutuhan-eliminasi-alvi/.
[28 November 2015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar